Entah hari ke berapa aku kehilanganmu. Malam ini coba aku habiskan dengan berjalan mengitari kampus. Bersama temanku, aku kembali melihat kegelapan malam setelah self-study dalam “jalan-jalan malam” ini. Belum berubah warna hatiku, masih muram.
Dalam perjalanan malam ini, aku mencoba melihat lampu jalan yang menerangi di tengah kegelapan malam. Tidak terlalu terang hingga menguasai gelap, tapi lampu-lampu ini cukup untuk memberikan nuansa terang di tengah gelapnya malam. Mungkin karena itulah, lampu-lampu jalan ini tidak berdiri sendiri (mereka harus bergerombol karena mereka ngga terlalu terang).
Harapan yang tidak sirna
Melihat lampu jalan ini seakan memberikan sebuah harapan di dalam hatiku yang gelap. Mungkinkah lampu jalan ini adalah cara Tuhan untuk memberikan “nuansa terang” di hatiku itu. Memang, tidak terlalu terang. Namun, cukup untuk memberikan secercah cahaya bagiku untuk tetap melangkah.
Keadaan malam tidak berubah saat itu. Begitu juga lampu-lampu jalan ini tidaklah padam di tengah kegelapan. Mungkin Tuhan juga sedang mengajarkan hal yang sama. Keadaan memang tidak berubah, tetapi “lampu-lampu jalan” harapan itu tak akan pernah padam. Apakah kamu juga melihat hal yang sama? Jangan-jangan kita terlalu fokus pada kegelapan sehingga kita lupa kalau ada “lampu-lampu jalan” yang tersedia bagi kita. Lampu-lampu jalan harapan.