Halo teman-teman, pada tulisan kali ini aku akan berbagi pengalaman aku menggunakan iPad 8th Generation (iPad 2020) sebagai seorang mahasiswa teologi! Tulisan ini sebenarnya adalah versi tulisan dari video YouTube aku, so kalau teman-teman mau cek versi videonya, segera meluncur ke YouTube aku ya.
Seperti yang teman-teman tahu, aku sekarang lagi kuliah di STT SAAT, Malang. Sekarang (ketika aku nulis tulisan ini) aku udah di semester 8. Aku lagi persiapan sempro (alias seminar proposal) di semester ini.
Emang agak beda dibandingkan kampus-kampus lain yang proposalnya di semester 7, kampusku ini emang agak unik karena kami kuliahnya 4,5 tahun. Belum ditambah praktik 1 tahun sebelum wisuda. But yeah, inilah panggilanku.
Nah seperti yang aku bilang sebelumnya, pada tulisan kali ini aku akan bahas pengalaman aku pakai iPad sebagai mahasiswa teologi. iPad yang aku pakai saat ini adalah Apple iPad 8th Generation (versi 128GB WiFi) atau iPad 2020, yang aku beli di bulan November 2020. Berarti tahun ini udah masuk tahun ketiga ya.
Untuk jelasin pengalaman aku selama pake iPad ini, aku akan bagi pembahasan di tulisan ini dalam 4 bagian: nulis, ngetik, ngedit, dan baca! Kenapa aku bagi dalam 4 bagian ini? Sederhana, karena menurutku 4 aktivitas ini yang sangat menggambarkan penggunaan aku sebagai anak kuliah teologi! So langsung yuk ke bagian pertama “nulis”!
Nulis
Untuk penggunaan yang berhubungan dengan menulis, iPad ini bisa dibilang dapat diandalkan banget ya teman-teman. Tentu, kita perlu Apple Pencil-nya yang dijual terpisah untuk menjadikan iPad sebagai alat tulis-menulis yang proper. Ya walaupun emang agak mahal ya guys harga Pencil-nya ini.
Untuk aplikasi yang aku pakai untuk tulis-menulis adalah Notability. Selama penggunaan aku untuk menulis, iPad ini bagus banget! Khususnya ketika belajar bahasa Yunani dan Ibrani. Dengan iPad, aku ngga perlu butuh kertas-kertas yang banyak untuk latihan menulis atau menghafal pelajaran bahasa asli Alkitab ini. Kalau salah tinggal hapus, dan ya bisa dibilang kertas yang tersedia di iPad ini “unlimited” alias tak terbatas.
Selain buat belajar bahasa Yunani dan Ibrani, iPad ini juga aku pakai untuk mencatat selama kuliah di kelas. Nah untuk aplikasi Notability ini bisa rekam audio juga sambil nyatet. Catatan kita seperti bersuara gitu mengikuti rekaman audio yang kita rekam sambil tulis.
Tak lupa juga tentu aku pakai iPad ini untuk annotate PDF. Lalu, brainstorming untuk khotbah, misalnya lagi mikir struktur khotbah, biasanya aku brainstorming pakai iPad juga. So, di skenario penggunaan pertama ini iPad terbukti membantu aku dalam banyak pekerjaan yang aku lakuin sebagai seorang mahasiswa teologi! Lanjut ke skenario selanjutnya ya!
Ngetik
iPad ini aku masukin lisensi Microsoft 365 yang disediain kampus aku sehingga aku bisa pakai Word di sini ya guys. Di Word aku biasa kerjain tugas laporan baca atau tugas-tugas tulisan lainnya yang ngga perlu footnotes (catatan kaki). Soalnya Word di iPad ngga bisa bikin footnotes, misal pakai Zotero gitu teman-teman.
Di dalam lisensi Office 365 juga tersedia Excel dan PowerPoint juga sehingga bisa buka PPT atau file Excel. Ini artinya ada banyak kemungkinan yang bisa dikerjakan di iPad ini. Tentu, mahasiswa seperti aku akan sangat terbantu dengan aplikasi-aplikasi produktivitas seperti ini.
Selain itu, aku juga pakai Logitech K380 Bluetooth Keyboard untuk mendukung kegiatan yang berhubungan dengan mengetik di iPad ini. Keyboard ini juga yang aku pakai misal aku bosen buat nyatet di kelas pakai Pencil-nya. Jadi aku bawa keyboard terus aku nyatet kuliah pakai ini, aplikasinya tetap pakai Notability ya.
Ngedit
Selain buat nulis dan ngetik, iPad ini juga kuat buat dipake edit video. Ini yang aku suka banget, karena iPad ini bisa mengerjakan cukup banyak hal, termasuk ngedit video. Dulu aku pikir edit video yang proper ya di laptop. Namun, iPad ini mematahkan pemikiranku itu. Walaupun perlu diakui tetap paling nyaman di laptop ya kalo ngedit, cuma iPad ini masih acceptable banget kok!
Prosesor yang dipake iPad ini sebenarnya sudah ketinggalan zaman di tahun 2023 ini, yaitu A12 Bionic. Namun, prosesor ini bisa dibilang masih kenceng loh. Aku kemarin edit video Milo makan Wellness, video itu seluruhnya aku edit pakai aplikasi VN di iPad ini. Videonya bahkan direkam 4K 60fps pakai iPhone 12, tapi masih aman banget edit videonya di iPad.
iPad ini juga menolong aku banget pas pelayanan misi di pedalaman Kalimantan Utara tahun lalu. Waktu itu aku bawa laptop, tapi berat dan baterainya boros. Apalagi kalau ngedit tanpa ngecharge, laptop gaming kayak punyaku gini bakal turun banget performanya.
Nah waktu itu listrik juga susah, jadi sulit buat ngedit pakai laptop. Untung ada iPad, aku bisa bikin video pelayanan selama di sana dengan aman. Jadi iPad ini emang bisa diandelin sih di waktu-waktu ga bisa pakai laptop buat ngedit.
Alesan aku ngedit di iPad sebenarnya juga karena masalah keringkasannya sih. Kek portable dan bisa dibawa ke mana-mana juga. Karena keringkasannya ini, aku kemaren sempet ngedit video “Qna Sebelum Masuk Seminari Part 4” di rumah sakit pas nganter temen buat periksa dokter. Walaupun storage-nya bisa cepet abis ya kalau diisi video-video terus-menerus.
Baca
Yang terakhir adalah skenario penggunaan “baca.” Membaca adalah kegiatan yang tidak tergantikan selama aku kuliah di SAAT. Tugas baca yang kebanyakan dibaca secara elektronik membuat iPad sangat membantu aku di sini. Perlu diakui, layar iPad ini ga sebagus Kindle ya buat baca. Tapi dengan layar yang gede, ini membantu banget sih buat baca.
Untuk mendukung kegiatan membacaku di sini, aku biasa beli buku yang jadi tugas baca di Google Play Books ya supaya bisa dibaca juga di smartphone aku yang Android. Ada beberapa buku yang sudah aku beli, misalnya buku Meet Generation Z di Play Books. Selain Play Books, aku juga langganan Scribd dengan harga sekitar 70 ribu/bulan. Scribd ini nyediain banyak banget buku-buku yang bisa aku baca.
Bagiku, iPad akan lebih produktif kalo kita pun pakai aplikasi-aplikasi yang menunjang itu semua. Khususnya langganan perpustakaan digital (Scribd) seperti ini sangat membantu aku dalam menjalani kuliah di sini. Kita bisa baca buku tanpa perlu beli bukunya secara fisik.
Apalagi mindahin buku pas pindahan kamar akan jadi lebih berat kalau kita kebanyakan buku fisik. Aku kolektor buku fisik, jangan salah, tapi menurutku ada baiknya juga kita coba yang versi digitalnya. Bisa lah ya 70.000/bulan, ya hitung-hitung uang makan GoFood 3x lah.
Oh iya seperti yang sudah aku sampein di bagian pertama tadi, kalo aku pakai juga iPad ini untuk annotate PDF yang dibagiin dosen untuk jadi bahan bacaan. So, ini membantu banget juga untuk membaca aktif ya guys. Baca sambil tulis begitu sambil memahami bahan bacaannya.
Nah yang paling penting adalah iPad ini bisa aku pakai jadi pengganti naskah khotbah fisik ketika berkhotbah. Dibandingkan ngeprint naskah khotbah yang berlembar-lembar, aku bisa membawa iPad ke mimbar dan berkhotbah dengan catatan khotbah sudah aku pindahin ke iPad. Ini menurutku sangat membantu ya karena kita sudah ngga perlu takut kertas naskah khotbah berceceran, misal karena gugup kan ya.
Udah.
Selain hal-hal di atas, aku juga memanfaatkan OneDrive sebagai jembatan perpindahan data (sinkronisasi) antara smartphone, iPad, dan laptop aku. Mengingat aku belum masuk ke ekosistem Apple sepenuhnya (pengen sih), makanya agak susah buat pindah-pindah data kayak begini. Untung lisensi Microsoft 365 udah include sama OneDrive 1TB.
Oke guys mungkin segini saja yang bisa aku bagiin di video kali ini mengenai pengalaman aku pakai iPad selama kurang lebih 2 tahun belakangan ini, khususnya sebagai mahasiswa teologi. Kalo teman-teman punya pertanyaan bisa sampein di kolom komentar ya. Untuk versi videonya, udah aku taruh di YouTube ya! Makasih!