Pelayan Tuhan yang Lupa Tuhan

Di tengah kesibukan, carilah Allah
Mulai

Akhir-akhir ini kesibukan pelayanan di gereja benar-benar membuatku pusing. Dalam seminggu, bisa saja 4 hari dalam minggu itu aku harus pulang ke rumah di atas pukul 6 sore, bahkan bisa sampai hampir pukul 11 malam! Di tengah kondisi demikian, aku merasa lelah. Sampai di rumah, aku hanya ingin untuk istirahat.

Satu kegiatan yang sering aku abaikan di tengah kondisi yang demikian adalah waktu saat teduh. Saat teduh adalah disiplin rohani yang biasanya aku lakukan. Di kampus SAAT, saat teduh jadi “barang” murah. Sebab, terlalu mudah untuk dilakukan. Setiap hari sudah diatur waktu saat teduh di asrama. Kadang, aku pun memilih untuk tidur.

Namun, ketika sudah masuk ke ladang pelayanan, saat teduh jadi “barang” mahal. Benar-benar mahal! Mengapa? Sederhana, waktu yang ada terlalu mepet dan sehari-hari sudah dipenuhi dengan jadwal pelayanan. Entah pelayanan khotbah, ngobrol dengan guru atau siswa, atau perkunjungan orang sakit.

Di tengah kondisi yang demikian, Tuhan tidak tinggal diam. Ia adalah Allah yang berpribadi. Dia sungguh tahu apa yang aku sedang alami. Di tengah waktu-waktu sibuk ini, Allah menuntunku untuk mendengar podcast John Piper. Pada salah satu episode #AskPastorJohn, Piper diberi pertanyaan tentang bagaimana mengisi jiwa yang kelelahan. Jawabannya menolongku untuk mendapat insights baru dalam hidup yang serba sibuk ini.

Dalam kesibukan, beri waktu terbaikmu untuk Tuhan

Ini yang aku lewatkan: memberi waktu terbaikku untuk Tuhan setiap harinya. Kadang, urgensi untuk melakukan saat teduh hadir ketika tubuh sudah begitu lelah. Pantas, aku mudah mengabaikannya. Namun, bagaimana jika itu dibalik?

Memberikan waktu yang terbaik bagi Tuhan, dalam versiku, adalah di pagi hari. Pagi hari adalah saat di mana otak dan badan masih segar. Itu waktu terbaik untuk saat teduh, relasi sama Tuhan!

Namun, di pagi hari aku harus ikut ibadah pagi bersama guru-guru di tempat pelayananku saat ini. Kadang, setelah itu aku sudah ada tugas untuk ngobrol dengan murid. Bagaimana aku bisa berelasi dengan Allah?

Pelayan Tuhan yang Lupa Tuhan Devotion, Diary, Panggilan – Bima Anugerah, Mahasiswa Teologi STT SAAT

Sekali lagi, Roh Kudus menuntun diriku yang lemah ini dengan memberikan pencerahan: Mengapa tidak maksimalkan ibadah guru setiap pagi itu? Aha! Yup, ibadah pagi yang sehari-hari jadi rutinitas itu seharusnya bisa jadi momen pertemuanku dengan Allah, bukan? Mengapa tidak?

Di tengah kesibukan, Allah memberikan waktu yang ibadah “biasa” ini untuk menjadi momen pertemuan dengan-Nya setiap hari. Aku mulai membawa buku tulis dan alat tulis untuk berusaha membaca dan merenungkan secara aktif akan firman Tuhan, bukan hanya sekadar mendengarkan.

Dalam ibadah pagi bersama guru, aku bertemu dengan Allah setiap hari. Saat teduh memang tetap menjadi “barang” mahal buatku. Namun, tidak apa, asal aku bisa bertemu dengan Allah di tengah kesibukanku.

Sekarang, coba pikirkan kegiatan rutin yang kamu lakukan setiap hari. Di tengah kesibukanmu, mintalah kepada Tuhan agar Ia pun bisa terus menyapamu dalam hal-hal yang rutin dan dianggap “biasa” itu.

Dalam kesibukan, duduk dan dengarkanlah perkataan Juruselamat

Setelah sadar bahwa aku harus memberikan waktu yang terbaik, aku berusaha kembali ke rel yang benar dalam membangun relasi dengan Allah. Menariknya, Allah menyapa aku tepat dalam pergumulanku.

Aku biasanya membaca Alkitab menggunakan rencana baca setahun dari aplikasi YouVersion. Aku membacanya tidak berurutan. Yang penting aku punya bahan bacaan pada hari itu. Menariknya, pada tanggal 11 Juli 2025, rencana baca yang aku baca menunjukkan pembacaan pada Lukas 10:38-42. Isinya membuatku tercengang dan tertegur.

Kisah Lukas 10:38-42 berbicara tentang dua perempuan yang bertemu dengan Kristus. Dua orang dengan satu kesempatan yang sama untuk bertemu dan mendengarkan langsung dari Juruselamat, Yesus Kristus. Namun, mereka punya dua sikap yang berbeda.

Di tengah kesibukan, Allah memberikan waktu yang ibadah “biasa” ini untuk menjadi momen pertemuan dengan-Nya setiap hari. Aku mulai membawa buku tulis dan alat tulis untuk berusaha membaca dan merenungkan secara aktif akan firman Tuhan, bukan hanya sekadar mendengarkan.

Maria duduk di kaki Yesus, Marta “sibuk” melayani Yesus. Apakah kamu sudah melihat nuansa “sibuk” yang mirip dengan kehidupanku saat ini? Saat itu, aku langsung bergumam, “Marta itulah aku! Akulah Marta yang sibuk melayani Yesus, tapi tidak pernah duduk mendengarkan Yesus!”

Di saat itu aku sadar, pelayananku kepada Kristus dapat mendistraksi diriku untuk berelasi dengan Kristus yang aku layani itu. Aku terlalu sibuk melayani Allah, sehingga lupa bahwa yang terutama adalah duduk mendengarkan ajaran Kristus.

Firman Allah yang setiap hari aku beritakan malah menjadi sesuatu yang membuatku jauh dari Sang Firman itu sendiri. Ironi. Pelayan Tuhan yang lupa untuk mengasihi Tuhan. Firman Allah tertulis itu sudah tersedia dalam hidupku. Kapan aku membacanya?

Perjalanan iman

Namun, biarlah kisahku ini menjadi pengingat dalam perjalanan imanku dan imanmu. Kita masih sama-sama berjuang dalam kehidupan ini. Satu hal yang pasti bahwa Dia tidak pernah meninggalkan orang-orang pilihan-Nya. Dia benar-benar Allah yang memahami hidupmu.

Baca juga: Mau Menyuap Allah?

Maka, jangan menyerah. Di tengah kesibukan, beri waktu terbaikmu untuk duduk dan mendengarkan Kristus berbicara melalui firman-Nya. Lakukan saat teduh untuk terus meningatkanmu dengan Tuhan.

Tentang Penulis

Picture of xperiencereal

xperiencereal

Bima Anugerah

Mau share tulisan ini?

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments