Kuliah Teologi vs Sekuler: Pilih yang Tepat untuk Panggilanmu

Yuk bahas tentang kuliah teologi dan sekuler!
Mulai

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan sebelum masuk seminari

stt saat malang, pendaftaran stt saat malang, alamat stt saat malang, asrama stt saat, jurnal stt saat, akreditasi stt saat malang
Teman-teman aku di STT SAAT (angkatan 2019).

Bagi kalian yang masih mikir-mikir untuk masuk ke seminari, mungkin karena ada beberapa hal yang belum diketahui dalam dunia seminari ini, maka aku mencoba membantu dalam tulisan singkat ini.

Rencananya akan aku buat beberapa part (ini part 1 tentunya). Ya supaya ga kebanyakan pertanyaannya dalam satu post. Mungkin 4-5 pertanyaan setiap post cukup lah ya.

Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya udah ditanyain pas podcast QnA #CeritaAnakSeminari di kanal podcast aku, Komisi Podcast Kristen. Jadi kalo mau tau lebih lengkap, ada banyak episode yang bahas tentang panggilan di kanal podcast aku. 

Tapi gapapa kan ya dibuat versi tulisannya, lebih ramah kuota juga. Kalo mau tanya bisa DM Instagram aku juga ya. Ya aku harap dengan tulisan kayak gini bisa membantu teman-teman yang lagi menggumulkan panggilan.

Entah semakin yakin atau malah meragu (aku harap makin yakin ya), silahkan baca aja tulisan ini. Oh iya, aku mencoba menjawab dari sudut pandang anak seminari STT SAAT yang baru lulus SMA ya. Oke lanjut!

1. Apa bedanya kuliah teologi dan sekuler?

Aku sebisa mungkin ga mau dikotomi di sini. Seolah-olah seminari lebih “suci” dibanding yang lain. Nggak sih. John Calvin (salah satu tokoh reformasi) aja ga mikir gitu kok. Namun, aku mencoba mengerti dan menjawab pertanyaan ini.

Mungkin yang dipikirin teman-teman adalah karena yang masuk di sini tuh calon hamba Tuhan, makanya pasti yang suci-suci. Nggak juga. Kita semua di sini (termasuk para dosen) adalah orang-orang berdosa yang diberi anugerah untuk melayani Tuhan. Yang pengen aku bilang, anugerah Tuhan yang menyelamatkan itu yang buat kita masuk seminari, bukan karena kita orang baik.

Kalo ditanya secara spesifik bedanya, mungkin aku bisa bilang kalo seminari lebih menekankan pendidikan karakter (pastinya karakter Kristus ya) dibanding kampus-kampus lain. Bahkan dibanding dengan kampus Kristen sekalipun! Di seminari, kami tinggal dan hidup di asrama yang aturannya banyak. Mulai dari kerja bakti, cuci piring, bangun pagi, dll.

Ini semua bertujuan untuk melatih mahasiswa memiliki karakter dan kebiasaan yang baik sehingga nanti ketika melayani sebagai hamba Tuhan bisa memberikan teladan yang baik. Nah, mungkin ini ya yang bikin beda. Yang lain sama kok. Kita kuliah juga banyak tugas. Cuma beda topik yang dipelajari aja.

2. Kak saya dengar buku teologi banyak yang bahasa Inggris. Saya lemah bahasa Inggris. Gimana ya kak?

Pertanyaan yang baik. Jawabannya sederhana. Kalo memang kamu mau masuk seminari ya, kamu bisa persiapkan itu dari sekarang kok. Bisa les bahasa Inggris ato nyicil belajar dari sekarang. Bener memang kalo di SAAT ada pelajaran bahasa Inggris di semester 1. Tapi ga salah kan kalo kita persiapan duluan? Pasti hasilnya akan lebih baik!

Tapi, mungkin di antara temen-temen ada yang ga mampu untuk les, dll. (plis untuk jujur dengan diri sendiri apakah malas atau memang ga bisa karena suatu dan lain hal). Jangan sampe hanya karena bahasa Inggris akhirnya pupus harapan masuk seminari. Aku pikir itu alasan yang kurang meyakinkan ya.

Sekali lagi kalo memang bukan karena malas belajar, bahasa Inggris bisa kok dipelajari (asal ada niat). Nanti pun ketika udah masuk seminari, kita punya temen-temen yang Tuhan kasih karunia untuk belajar bahasa Inggris lebih baik. Kita bisa belajar bersama bukan? Tapi kalo di awalnya udah males, ya orang Amerika datang langsung ngajarin pun ga akan ngerti.

3. Kuliah teologi kan banyak nulis paper, essay, dll. Saya sulit untuk nulis, gimana ya?

Ya semua kuliah juga pasti gini sih, menurutku. Dan maksudnya tuh bukan nulis dalam arti harafiah ya, tapi membuat tulisan (lebih spesifik lagi tulisan akademis). Intinya, semua juga gitu pada awalnya.

Paling ya jagonya beda-beda tipis (kecuali dia memang udah kuliah duluan ato memang karunia khusus hahahaha). Berlatih dan belajar akan mengasah kemampuan menulis kita. So, jangan takut!

4. Dapat uang jajan dibatesin ga kak?

Jawabannya, nggak. Kalo itu dari orang tua (hahahaha)! Biasa kampus kasih uang ke mahasiswa untuk pergi praktik pelayanan. Itu yang dibatesin. Tapi kalo dari orang tua, ya nggak sih. 

Cuma prinsipnya tetep sama, bertanggung jawab dan jujur. Kampusku ini cukup ketat ya masalah peruangan ini, bisa dikeluarin kalo ngga jujur (entah mencuri, berhutang, dll.). Apalagi kalo berhubungan sama uang yang dipercayakan kampus ke mahasiswanya.

Oke. Segini dulu ya post kali ini.

Semoga bisa membantu temen-temen dalam menggumulkan panggilan ya! Podcast-nya udah aku cantumin. Kalo mau tanya-tanya bisa di komen ato ke Instagram. Terima kasih!

Tentang Penulis

Picture of xperiencereal

xperiencereal

Bima Anugerah

Mau share tulisan ini?

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] membahas lagi topik tentang panggilan menjadi hamba Tuhan. Sebelumnya saya sudah keluarkan part 1-nya, so jangan lupa cek […]

Chris
Chris
4 years ago

Matabs kak penjelasannya.