Halo teman-teman! Pada tulisan kali ini, aku ingin membagikan lagi pendapatku tentang kuliah teologi. Namun, postingan ini cukup berbeda dengan postingan tentang kuliah teologi yang sebelumnya. Kali ini, aku ingin bahas satu pertanyaan saja, tetapi dijawab dengan lebih komprehensif.
Di postingan ini aku ingin membahas sebuah pertanyaan yang jadi kegelisahanku dulu sebelum masuk SAAT. Kegelisahan ini mungkin juga muncul ketika teman-teman sedang menggumulkan panggilan menjadi seorang rohaniwan Kristen.
Kegelisahan itu muncul melalui pertanyaan, “Kuliah umum S-1 dulu atau langsung masuk teologi ya?” Pertanyaan ini juga aku dapetin ketika SYC 2020. Saat itu, salah seorang peserta bertanya tentang pertanyaan ini dalam suatu sesi khusus yang membahas panggilan menjadi hamba Tuhan. Maka dari itu, sepertinya penting untuk membahas pertanyaan ini.
Pergumulan menjadi seorang hamba Tuhan adalah pergumulan yang unik. Kiranya tulisan ini membantumu ya!
Bima Anugerah
Sedikit kisahku
Beberapa kisah kehidupanku sudah aku tulis di postingan-postingan sebelumnya. Namun, aku coba fokuskan ke rentang waktu ketika aku menggumulkan panggilan ini. Panggilanku dimulai secara lebih serius ketika aku ikut SYC 2017. Saat itu, aku maju altar call.
Baca Juga: 19 Tahun di Bumi
Setelah itu aku pun diajak berbicara dengan salah satu dosen SAAT (yang kemudian menjadi dosen dan bapak asramaku), yaitu Pdt. Budimoeljono. Pertanyaan yang sama saat itu aku tanya juga ke beliau: “Mau kuliah S-1 umum dulu atau langsung kuliah teologi ya pak?” Saat itu aku menganggap kuliah umum akan membantu aku ketika pelayanan. Maka, pikirku sepertinya lebih baik ambil S-1 nonteologi dulu.
Aku masih kelas 2 SMA ketika aku ikut SYC 2017. Saat itu, aku juga menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Negeri 9 Binsus Manado. Singkat cerita, sejak saat itu aku mulai menggumuli panggilan ini dengan lebih serius. Tahun 2018 berlanjut. Aku naik kelas 3 SMA. Di waktu-waktu inilah masa krusial panggilan aku.
Banyak education fair yang membanjiri sekolah, sosialisasi dari kampus-kampus swasta, sampai pengayaan yang menambah jam sekolahku. Ini semua membuatku berpikir, “Aku mau masuk mana nanti?” Apa yakin dengan masuk SAAT yang katanya susah banget masuknya?
Pertanyaan ini memaksa aku untuk berpikir. Mau tidak mau aku harus berpikir karena ini menyangkut masa depanku. Aku sempat berpikir untuk masuk DKV (Desain Komunikasi Visual) di salah satu kampus swasta. Ini sejalan dengan pengalaman aku di FLS2N Tingkat Nasional yang pernah aku ikuti di tahun yang sama.
Namun, aku juga terpikir untuk masuk program Kimia Murni di IPB. Kimia adalah salah satu pelajaran yang aku sukai di sekolah. Bahkan aku pernah masuk OSN Kimia Tingkat Provinsi! Dan yang jauh lebih membuat aku bisa yakin adalah, adanya jalur bebas tes bagi mereka yang pernah menjadi Ketua OSIS di sekolah. Menariknya, Ketua OSIS yang menjabat sebelum aku juga diterima di IPB melalui jalur ini! Lihat? Betapa banyaknya kemungkinan, bukan?
Sejujurnya, aku bingung. Aku tahu banyak yang mendaftar di SAAT namun ditolak berulang kali. Bukan cuma sekali dua kali, tapi berulang kali. Aku merasa tidak mampu dengan ini. STT SAAT memberi kemungkinan penerimaan yang kecil dibandingkan dengan ketika aku mendaftar di beberapa opsi yang aku sudah sebutkan tadi.
Aku berpikir “Apa aku coba daftar kuliah umum dulu aja ya? Terus kalo ga diterima baru masuk SAAT!” Namun, setelah itu aku berpikir juga “Hmm… Masa masuk STT karena ga diterima aja sih?”
Terus misal kalo aku diterima di kampus lain, harus nunggu 4 tahun dulu lo Bim baru masuk SAAT lagi!” Pertanyaan-pertanyaan ini yang ada di pikiran aku saat itu. Coba temen-temen pikirin. Apa sama denganku?
Bergumul bersama Tuhan.
Segala pertanyaan dan keraguan ini aku gumulkan bersama Tuhan. Dengan apa? Berdoa. Doa adalah cara paling mujarab, objektif, dan tak terpisahkan dalam pergumulan panggilan ini. Tuhan hanya memang sejauh doa. Ketika kita bingung, datanglah kepada-Nya. Selain berdoa, bacalah Alkitabmu.
Dalam doa dan pembacaan firman ini, Tuhan menunjukkan tanda-tanda yang memperjelas panggilanku. Contohnya aku sempat 2 kali membaca bagian firman Tuhan (yang tidak aku rencanakan) yang membahas pergumulanku ini. Silahkan buka Yunus 1 dan 1 Samuel 3. Setelah itu ada beberapa kejadian yang cukup “aneh” bagiku.
Kejadian yang tidak terlupakan adalah ketika aku masih menggumulkan untuk mencetak form pendaftaran STT SAAT (bayangkan mencetak form pendaftaran aja bergumul), tiba-tiba teman pelayanan aku di sekolah minggu langsung kasih form pendaftaran itu! Sudah dicetak dan tinggal isi!
Dari semua tanda-tanda yang diberikan Tuhan itu, aku sadar bahwa aku harus langsung masuk ke SAAT. Aku harus mendaftar di gelombang satu alias SAAT sebagai pilihan pertama dan bukan terakhir. Semua tanda ini bisa aku tangkap karena aku berdoa dan diberikan kepekaan oleh Tuhan (maka dari itu aku bilang kalo doa tuh ga bisa dipisahkan).
Singkat cerita aku memutuskan untuk masuk gelombang pertama penerimaan mahasiswa baru STT SAAT. Aku juga keluar dari jalur undangan SNMPTN untuk memberikan ruang bagi siswa lain untuk masuk. Aku seperti melepaskan semua jalur penerimaan lain yang saat itu bagiku jauh lebih besar kemungkinan diterimanya dibandingkan STT SAAT.
Aku juga harus memberikan usaha lebih untuk masuk jalur SBMPTN yang susah itu, jika aku gagal masuk SAAT. Puji Tuhan tahun 2019 aku diterima dan ketika aku menulis ini aku sudah semester 4.
Tips-tips
Dari pengalamanku saat itu, ada beberapa tips yang bisa aku bagiin dengan kalian yang bergumul dengan pertanyaan yang sama.
1. Doa, doa, dan doa
Pergumulan paling awal adalah dengan berdoa. Dalam doa itu, bertanyalah kepada Tuhan, “Apakah aku dipanggil menjadi hamba Tuhan untuk melayani-Nya dalam panggilan yang khusus ini?” “Apakah aku harus langsung ke sekolah teologi atau harus kuliah S-1 umum dulu?” Dan yang mau aku bilang adalah, jawaban doa tiap orang berbeda.
Mungkin aku dipanggil untuk langsung masuk STT. Namun bagi yang lain, Tuhan memakai cara-Nya yang berbeda untuk memanggil mereka. Mungkin lewat kuliah umum terlebih dahulu. Mungkin ditunda dulu. Ini tergantung journey kalian bersama Tuhan!
2. Coba masuk ke pelayanan anak
Ketika aku membagikan pergumulanku ini dengan hamba Tuhan di gereja, mereka menyarankan aku untuk melayani di sekolah minggu. Ini bukan tanpa alasan. Tahun pertama di SAAT memang berfokus pada pelayanan anak sehingga ini sangat membantu aku nanti. Namun semakin ke sini, aku semakin sadar bahwa pelayanan anak lebih dari itu.
Pelayanan anak bagiku cukup sulit. Ini termasuk harus berkorban banyak untuk pelayanan. Ini juga bentuk pelayanan yang berhubungan langsung dengan manusia. Ini semua mempersiapkan aku akan apa itu menjadi hamba Tuhan. Setelah diterima di SAAT, aku mengakui bahwa aku sangat terbantu dengan pelayanan ini. So, temen-temen mungkin juga bisa menggumulkan pelayanan ini sebelum masuk STT.
3. Jawaban aku untuk pertanyaan tadi
Jika aku disuruh menjawab pertanyaan tadi, aku akan menjawab: Langsung saja masuk STT! Sekali lagi ini jawaban aku dan tiap orang bisa memiliki jawaban yang berbeda. Namun, aku coba berikan beberapa alasan mengapa jawaban ini masuk akal dan dapat diterima:
- Langsung masuk sekolah teologi menunjukkan kita memberikan yang terbaik bagi Tuhan, yaitu pilihan pertama kita dan bukan pilihan sekian (apalagi jika kita baru lulus SMA).
- Pembelajaran teologi kita pun semakin dalam dengan kita langsung S-1 Teologi dan dilanjutkan S-2 Teologi jika dibandingkan S-1 Umum lalu S-2 Teologi.
- Pembentukan di asrama bagi anak yang baru lulus SMA tentu menjadi tantangan tersendiri namun bagiku itu menjadi privilege untuk langsung masuk ke STT daripada ke kuliah umum dulu.
4. Kalo udah kuliah umum dulu gimana?
Aku bukan lagi membuat kalian menghindari kuliah S-1 selain teologi. Kuliah umum sangat baik. Dan beberapa dosen SAAT pun juga pernah kuliah umum dulu sebelum masuk STT. Ini bukan masalah mana yang duluan tapi mana yang Tuhan tunjukkan. Tidak ada yang salah dengan kuliah umum terlebih dahulu baru kuliah teologi atau sudah kuliah umum dulu baru terpanggil. So, silahkan gumulkan ya guys!
Kalian bisa cek salah satu episode podcast-ku yang membahas tentang panggilan Kak Alex Nanlohy sebelum ia memutuskan untuk melayani Tuhan. Kak Alex adalah salah satu dari sekian banyak orang yang memilih melayani Tuhan setelah memutuskan untuk kuliah S-1 nonteologi!
5. Persiapkan dengan baik!
Kuliah teologi bukan asal-asalan. Persiapkan dengan baik! Bisa dengan les bahasa Inggris dulu, ikut seminar-seminar, atau baca-baca di blog ini tentu akan membantu kalian untuk panggilan ini. Yang mau saya bilang “Berikan yang terbaik bagi Tuhan!” Tentu dengan rajin berelasi dengan Tuhan juga ya!
Silahkan bergumul!
Oke sekian tulisan kali ini. Teman-teman bisa cek tulisan-tulisan aku tentang panggilan di kategori Panggilan di blog ini. Tuhan Yesus memberkati teman-teman!